Kamis, 13 Maret 2014

Terbelenggu

Di luar sana ramai pengunjung
di kedai kopi, di jalanan raungan knalpot
waktu bergulir cepat
kami hanya menyeruput kopi di kotak imaji
pikiran melayang
Tv dan obrolan kosong
kadang mata terbelalak
kegiatan malam tidur lebih awal
bangun lebih awal, kami senang
kami susah
anak bangsa terbelenggu
bejad moral mengikis jiwa sampai pilu

Senin, 12 November 2012

Gunung Patuha kawah putih, tawarkan pariwisata edukasi


Gunung Patuha kawah putih, tawarkan pariwisata edukasi
Kunjungan objek wisata  kawah putih bukan hanya menawarkan wisata pandangan mata saja, tetapi lebih memperhatikan flora sebagai tanaman koleksi gunung Patuha.  Daya tarik objek wisata kawah putih  berada  pada kaki gunung Patuha, kawasan hutan lindung Patuha banyak mengkoleksi  berbagai jenis tanaman, seperti cantigi yang berfungsi sebagai obat-obatan, pohon-pohon rimba campur yang menyatu kekhasan sebagai simbol hutan alam.
Tak hanya itu, kekayaan fauna yang terdapat di kawah putih juga menjadi daya tarik wisatawan seperti Surili, sejenis monyet kecil Hanoman yang sekarang menjadi icon kota Bandung. Banyak sebagian orang  belum mengetahui legenda kawah putih yang harus disosialisasikan menurut Berthus, general Manager kawah putih. Hikayat wisata kawah putih juga menyimpan mitos rakyat dalam bentuk binatang “domba lukutan” atau dalam bahasa sunda “domba lumutan” dari gunung Patuha. Domba ini menurut mitos rakyat dianggap sebagai domba “jadi-jadian” warnanya hijau seperti rumput dan konon katanya terkadang suka turun gunung mencari sisa makanan, banyak sekali cerita domba lukutan yang dianggap misteri karena domba itu adalah jelmaan dari seorang kakek penggembala. Adapun cerita lain mengenai makam-makam patilasan leluhur bernama Sunan Rama kasepuhan, eyang dari Jagasatra yang menunggu gunung patuha. Gunung patuha dikenal sebagai gunung tua.
Gunung patuha jika dilihat dari segi keilmuan pada abad ke-17, kawasan ini memang angker. Dalam obrolan masyarakat Rancabali, banyak manusia dan burung mati pada saat melewati kawah. Banyak  peneliti pada zaman penjajahan Belanda mendaki gunung patuha untuk mencari harta terpendam.  Dr. Peter Jung Hun turunan Belanda Jerman yang pertama kali menemukan kawah putih di Gunung patuha. Awalnya ia mendaki mencari pohon “kina” yang tentunya sangat berharga bagi jenis rempah-rempah dari tanah Indonesia. Pada saat mendaki ia mencium bau aneh dan ditemukanlah gua blerang oleh jung Hun, maka dari itu penyebab matinya burung yang melewati kawah dikarenakan aroma blerang yang menyengat. Sampai sekarang puing-puing tersebut masih tercecer di dekat kawah, gua tersebut menurut cerita lorongnya bisa menembus bekas pabrik blerang di kawasan Cibodas Ciwidey.
Seiring perjalanan waktu, penjajahan beralih diduki  oleh Jepang, pada saat itu kawah putih dijadikan konservasi hutan Lindung dan  kemudian di hak patenkan oleh pemerintahan Indonesia pada tahun 1991 dan mulai dikenalkan oleh Perum Perhutani wilayah Bandung. Kawah putih sebetulnya memiliki dua kawah, yaitu kawah yang berwarna putih dan kawah “saat “(tidak ada air menggenang). Menariknya lagi, kawah saat terdapat sarang burung Elang Jawa.
Kawah putih terletak di daerah kabupaten Bandung tepatnya lagi di jalan Patengan Rancabali kecamatan Rancabali  Jawa Barat. Disamping cerita  legenda kawah putih dan kajian ilmiah, saat ini kawah putih dalam pengembangannya lebih mengdepankan program edukasi wisata (Ecological Education)salah satunya pada pengelolaan flora dan fauna. Terlebih beragam fasilitas kelengkapan pelayanan yang ditawarkan berupa pusat informasi lengkap yang representatif kemudian ditambah lagi Mushola untuk umum. Dalam pengembangannya kedepan akan ditambah galeri berupa foto dan satwa  dan cinderamata sebagi brand kawah putih. “Kios-kios usaha kemitraan saat ini tidak diperbolehkan berdagang di zona inti karena dapat merusak kekhasannya, tutur Berthus. “Lagipula undang-undang dan peraturan pemerintah melarang pedagang berada di areal kunjungan”tambahnya.
Bagi anda yang ingin mencoba mendaki Gunung patuha kawah putih bisa menggunakan fasilitas “ontang-anting” mobil pengangkut penumpang dengan tarif Rp.10.000/ orang. Jika ingin menggunakan mobil pribadi anda bisa merogoh kocek Rp.150.000/ mobil, bila anda menggunakan sepeda motor Rp 5.000 dan untuk tarif per orang bisa dikenakan Rp. 12.000 di akhir pekan. “Jika saat peak season ribuan motor akan naik ke kawah, dengan begitu kita mengantisipasi agar naik ontang-anting saja,”Tukas berthus.  Teks: Ridho Rakhman       
               

Selasa, 14 Agustus 2012

"KIsah Usang' Coffee Reggae Stone


 “Kisah Usang sampai tetek bengeknya dalam (Coffee Reggae Stone)
Mengenai kisah usang, banyak pemerhati musik bilang kalau musik itu harus punya aura positif yang sifatnya memberikan energi baru untuk selalu lebih baik. Tapi di album kisah usang ini kami hanya membentuk ruang imaji baru yang sudah basi. moment yang tidak bisa dipisahkan oleh kejadian yang dialami, sekarang jamannya kata “galau” banyak dipakai untuk program kepentingan segmentasi, semisal pada program radio. Mereka memberikan aura negatif kepada khalayak (pendengar) dan kata “galau’” tadi menjadi nilai jual. kisah usang ini memberikan suatu yang lampau, tidak terpakai, bahkan lirik tersebut masih berada dalam laci-laci yang harus dikeluarkan. Sama halnya dengan program radio tadi, kami memberikan keutuhan lagu dalam proses pengkaryaan CRS dengan tema reggae tak mesti pantai, giting, politik, dan eksistensi.  kami sesuaikan dengan iklim kami di Cicalengka, dengan kehidupan yang bersahaja meski memang Reggae adalah bisa dibilang musik sub culture, counter kultur atau apalah namanya. Memang benar apa yang dikatakan mas Rudi dari tabloid Reggae Indonesia bahwa ada sebuah tagline yang berbunyi “me- Reggaekan masyarakat Indonesia” kalau tidak salah, jadi menurut kami, pernyataaan tersebut belum bisa kami jadikan pedoman. Bentuk-bentuk idealisme dalam budaya musik orang lain yaitu ‘Reggae” tidak bisa diaplikasikan di negara kita Indonesia. Kami hanya sebagai penikmat dalam perjuangan hidup kami, bukan sebagai bentuk revolusi dalam kemaslahatan berpolitik ,rasisme dan sebagainya.  tapi toh ada juga kawan-kawan sejenis lain yang menyukai musik reggae dan berkecimpung dalam dunia politik, realisme sosial, bintang merah dan sebagainya itu sah-sah saja. Kami sebagai komunal dalam peradaban kecil, kawan-kawan komunitas berusaha untuk menghibur diri, mengapresiasikannya melalui berkarya lewat musik. Embel-embel mengenai hal-hal yang memabukan justru bagi kami adalah hal yang wajar, karena memang dosa manusia itu mencari kebahagiaan yang secuil (Stimulate your mind), tergantung dari individu masing-masing yang mempresepsikannya. “tapi awas kami hanya punya suatu pernyatan yang kami pegang, bahwa sesuatu yang berlebihan itu tidak baik.  terimakasih

Kamis, 15 Desember 2011

Musik dan puisi "pembebasan": Santolo oh santolo

Musik dan puisi "pembebasan": Santolo oh santolo

Musik dan puisi "pembebasan": Santolo oh santolo

Musik dan puisi "pembebasan": Santolo oh santolo: Oleh: M.Ridho.R Ada kisah di benak saya yang mungkin akan membawa kita pada suasana hati yang lepas, terserah bagaimana kita bisa mengun...

Santolo oh santolo




Oleh: M.Ridho.R

Ada kisah di benak saya yang mungkin akan membawa kita pada suasana hati yang lepas, terserah bagaimana kita bisa mengungkapkannya aheee..!

Pada saat liburan tiba, uang yang terkumpul disaku cukup untuk (berpatungan-Red). Adakalanya kita berencana untuk berpakansi ke daerah-daerah wisata lokal di Indonesia. Tepatnya kali ini Path Magz akan membawa perjalanan kita menuju Pantai Selatan Jawa Barat Santolo Pameungpeuk (Garut). Sebuah pantai yang tak kalah menarik dengan pantai yang ada di Bali. Perjalanan kali ini dimulai dari Kota Bandung menuju kota Garut, memang ada dua alternatif jalan   menuju Pantai Santolo, yaitu bisa juga perjalanan dimulai dari Bandung ke arah Pengalengan menuju Cisewu-Rancabuaya, dan Tim Path sendiri mengawali perjalanannya melalui Kota Garut Via Cikajang.

Toyota kancil Thn 92 melesat mengelibas. Paling maksimal kecepatannya 80 kilometer per-jam hihi, beban penumpang 9 orang dan bisa ditebak persiapan uang saku masing-masing orang paling banter sekitar Rp200 ribuan bahkan kurang, tapi jumlah uang yang tak diketahui rupanya berada di ATM sang pemilik hehe “dipirit-pirit biar ngirit”. Pastinya uang tersebut dipakai pertama kali untuk bensin dan sisanya untuk makan dan jajan, dengan estimasi biaya persiapan sebagai berikut: 9 org X 50 Ribu = Rp450 ribu, bensin tarolah Rp200 Ribu dan uang sisa Rp250 ribu untuk pegangan jikalau ban betus serta biaya tak terduga lainnya.

Dengan berbekal keberanian dan keingintahuan, berpakansi ala Tim Path sudah melintas jauh dari Kota Garut dan berbelok menuju arah jalan Desa Cikajang, juga dibantu sepenuhnya oleh penunjuk arah jalan menuju Pantai Pameungpeuk. Malu bertanya sesat dijalan, ungkapan itu rasanya pas untuk jalan-jalan kita kali ini. Seketika perjalanan dirasa cukup menegangkan, memang keberangkatan kali ini sengaja direncanakan pada malam hari,karena seperti biasa kita ingin bisa menemui pagi tepat di bibir laut. Disaat itu  gelap menyelimuti dengan jarak yang belum pasti, hutan pepohonan rimbun menambah suasana kelam, mobil pun menaiki bukit berkelok, curam menuruni jalan yang sangat jarang dilalui. Bagi yang suka mabuk diperjalanan? Bersiaplah menghadapi roller coaster alami ini.

Setiap menitnya baru terlihat ada motor, dan setiap jamnya hendak bertemu truk pengangkut, lalu lampu-lampunya menghilang dan hanya kami yang melalui jalan itu. Kabut tebal dari bukit turun ke pematang hijau perkebunan teh yang dingin, rasa cemas yang bercampur aduk jadi penasaran ingin cepat sampai di Santolo.

Sekitar pukul satu dini hari perut mulai keroncongan, masih saja belum juga sampai, dan masih saja gelap merusak jarak pandang, hati pun tak tentram dan Aaaaakhh…! Nyanyilah kita. Sampai saatnya kita pun tiba disebuah warung makan, santapan kali ini bukan hanya mie instan, ternyata warung tersebut menyediakan menu ayam bakar kampung murah meriah yang cocok dengan kantong kita.

Dipinggir jalan tersebut, satu atau dua warung makan pasti akan terlihat walaupun kadang sepi pengunjung, tapi pasti penjaganya akan terbangun saat kita datang.  Rasa lapar sudah lenyap, segar rasanya. Istirahat sejenak sangat membantu stamina agar tetap terjaga, perut kenyang rasa kantuk datang,hal ini tentunya tak berlaku bagi supir hehe..

Setelah memakan waktu kurang lebih empat sampai lima jam, akhirnya Tim Path sampai juga di pantai Santolo. Aroma laut yang tercium dan udara yang hangat mulai lengket menempel di badan,rasa lelah sudah pasti menghujam, hanya deburan ombak besar yang terdengar. Dalam benak ini bertanya, sejauh mana pemandangan laut ini bertepi? tak kelihatan.


Mobil diparkir, terlihat lampu temaram dibawah kerumunan orang bergumam hangat pada perbincangan mereka di warung kecil. Penduduk pantai Santolo, selain nelayan dan petani, juga berprofesi sebagai pedagang.
Tanpa sungkan langsung saja kami beranjak menuju hamparan pasir yang empuk putih kecoklatan. Tak lupa juga perbekalan kami termasuk matras siap untuk digelar dan memungkinkan kami cukup untuk merebahkan badan. Kegiatan sepertiga malam ini diawali dengan ngopi, candaan dan gelak tawa pun langsung disambar kamera blitz yang menyala. Petikan gitar tak hentinya mengalun pada setiap jari-jemari yang berpindah secara bergantian.

Lelah yang berkepanjangan akhirnya membawa kami kepingin  tidur, ternyata kami pun butuh tempat senyaman mungkin untuk menaruh barang bawaan dan bersih-bersih. “Inginnya sih tidur dipinggir pantai, tapi apa daya angin yang berhembus terlalu kencang”. Jadi kami bersembilan memutuskan untuk cari kamar,tempatnya tak jauh dari tempat kami berkumpul, akhirnya kami dapat menyewa dua kamar tidur dengan biaya Rp100 ribu per-kamar dari sisa uang patungan tadi.

Baru sekejap mata tertutup, pagi yang cerah pun langsung menawarkan panorama yang memikat bahkan cukup menabjubkan. Menurut sumber yang kami dapati, kawasan wisata yang cukup ramai ini banyak dikunjungi para pelancong diwaktu tertentu. Dipantai ini kami dapat melihat camar dan burung-burung laut beterbangan. Hal ini yang menyebabkan pelancong berdatangan. Sayangnya, tempat ini kurang dikelola dengan baik serta kebersihan lingkungannya kurang diperhatikan.(pr *) Seperti masih banyaknya sampah kecil yang berserakan.

Langit biru cerah tanpa awan,dua orang nelayan tengah asyik menjaring ikan. Perahu kecil tengah laut mencoba menggiring ikan supaya terkepung masuk ke jaring, tambang ditarik perlahan dan munculah kepermukaan. Orang-orang sedang asyik mandi tiba-tiba mendekat seolah ingin menduga ikan apa yang tersangkut? Atau hanya sekedar membantu menarik jaring, tapi sayang tangkapan hari ini kurang beruntung, Hanya ikan kecil buat santapan hari ini.

Singkat cerita, pas lagi berenang ada pelangi di Santolo,aneh padahal gak turun hujan? Langsung saja kami bersih-bersih mandi dan berkemas. Makan siang telah dinanti, ada rencana kami berkunjung ke pantai Sayang heulang  yaitu pantai yang ada disebelahnya. Masuk retribusi per-mobil hanya 10 ribu dan melewati kebun jati terdahulu(ajieb). Angin dan deburan ombaknya kencang sekali, tapi masih bisa tertahan karena disana banyak karang, jadi kita masih bisa jalan-jalan di atas karang sambil lihat ikan-ikan kecil. Ada orang sedang Snorkling gak taunya dipake buat cari ikan hehe, bayangkan angin yang kencang sambil kita bengong sepertinya langsung hilang itu beban dipundak, imajinasi akan melayang, bagaimana jika bikin foto pre
wedd disini? Wiih seru tuh…hehehe, okay!!  tunggu perjalanan Path Magz berikutnya yaaa.. 
 




 






                

  


         

Senin, 22 Agustus 2011

Aduuh banyak nyamuk tadi malam, semprotkan baygon sayaaang! (Voice of Nanu Warkop)


Tips  membunuh nyamuk cara manual :
1. Biarkan nyamuk hinggap di bagian yang mudah dijangkau oleh tangan
2. Tunggu beberapa menit kemudian tunggu sampai si nyamuk menusuk dengan moncongnya
3. Hisap-hisaaap enak yah nyamuk darah gua seger kaan….
4. SSStttttttttttSttts…… iyak hajar!
5. Glepak! …ternyata nyamuk terbang lagi
6. Tunggu sampai ia hinggap kembali, lihat poin 1 dan 2
7. Konsentrasiiiii…. iyak hajar!!!
8. Berakhir

NB : Tapi nyamuk gak pernah punah sama cerdasnya kaya manusia
hisap, beranak, Mati.