Minggu, 24 Oktober 2010

Aku bersikap seolah tidak serius

Musik bagi saya adalah pembebasan bagi nada-nada yang belum dicari, bahkan untuk dicoba sekalipun akan ditemukan dengan sendirinya. Mengubah nada yang sudah ada tetapi tidak merusaknya secara utuh. Namun dibalik itu semua butuh kepekaan, apa itu yang disebut satu kesatuan, karena manusia adalah nada menurut saya,  begitu juga dengan alam yang selalu berputar menjadi satu kesatuan berubah dengan pola yang teratur mengikuti peradaban semestinya.

Kita semua merupakan instrumen satu jenis alat musik tertentu atau jenis lain, tetapi kita juga merupakan keseluruhan simponi. Tubuh kita secara konstan memancarkan warna dan nadanya yang berhubungan, tergantung pada keadaan kesehatan serta kesadaran emosional dan spiritual kita. Kalau diri kita dianggap sebagai instrumen, bagaimana kita memainkannya pada waktu tertentu? Apakah kita menyadari akan dalamnya perasaan kita ketika memainkan cello, atau apakah kita merasa jngkel dan mrah ketika menggebuk drum? Mungkin kita nerada dalam nuansa damai dan diterangi oleh Cahaya ketika kita mengeluarkan dari dalm diri kita nada-nada seperti nada seruling.
Kita adalah instrumen, tetapi kita juga sebgi simponi yang utuh. Ketika kita membawa segenap kesadaran emosi dan spiritual serta energi fisik ke dalam satu bentuk permainan, bukankah kita sedang menciptakan bunyi-bunyi simponi? Tidak hanya bunyi-bunyian, tetapi juga irama masuk ke dalam komposisi yang telah dan sedang kita ciptakan. Ketika kita memainkan semua melodi dan harmoni kita, maka itulah kehidupan sepenuhnya. Lalu apakah kita tidak punya sedikit andil terhadap musik planet-planet? Planet juga mendengungkan nada ketika mengitari matahari, dan juga merupakan satu bagian dari tatanan alam semesta yang sangat besar ini. Ketika kita dalam kondisi kesehatan yang bagus, terdapat bunyi yang tak terptusputus seperti dengungan kumbang besar yang dihasilkan dari bagian tubuh yang vital. Nada pokok bagian vital ini ada dalam harmoni dengan archetype (nada pokok yang murni).
Setiap bentuk baik itu manusia, tumbuhan, aatupun hewan, mengeluarkan bunyi-bunyinya sendiri yang sangat khusus, dan setiap bunyi memendarkan suatu warna tertentu. Keduanya merupakan dwi tunggal yang tak dapat dipisahkan. Bunyi merupakan warna yang dapat didengar dan warna adalah bunyi yang dapat dilihat. “Setiap organ tubuh manusia telah terbentuk oleh ritme hirarki yang terang dan kreatif. Detakan jantung, aliran darah, pergerakan otot, desahan nafas semuanya merupakan bagian dari simponi tubuh.”
Bila kita berusaha menyelaraskan suatu instrumen, biola misalnya, kita mendengar alunan ketika digesek. Kita mesti belajar membedakan antara nada yang sumbang dengan yang selaras. Dengan berlatih terus menerus kita akan bisa selaras dengan jiwa kita. Bila peg diputar, “alunannya” menjadi selaras, maka kita akan selaras dengan bunyi-bunyi kosmik dan dengan jiwa kita sendiri.
Meditasi tentunya merupakan salah satu cara menyelaraskan alunan kita. Dengan relaksasi, perasaan lepas, menyatu dengan jiwa Universal, kita bisa merasakan sentral kita mencapai keseimbangan, pikiran dan emosi kita menjadi tenang. Musik yang menimbulkan inspirasi dan mengangkat, dapat membantu penyelarasan jiwa selama digunakan seiring dengan warna yang berhubungan.
Musik merupakan bentuk seni yang tersulit tetapi memiliki pengaruh pada sentral fisik dan sistem syaraf simpatis. Musik juga bisa mempengaruhi sistem syaraf parasimpatetis atau otomatis baik secara langsung maupun tidak langsung. Alam raya seluruhnya secara pasti memendarkan frekuensi-frekuensi tertentu yang mempengaruhi kita sesuai dengan respon syaraf kita masing-masing.
Tak diragukan lagi bahwasanya semua sakit fisik memiliki tingkat getaran masing-masing. Jika hal ini dapat diukur, maka nada-nada dengan getaran simpatis dapat diterapkan untuk memperoleh hasil yang menguntungkan. Suatu saat “pengukuran” akan mungkin dapat dilakukan. Tampaknya getaran yang berlawanan –diluar getaran simpatis—akan dibutuhkan. Namun, penjelasan fisikalnya adalah bahwa getaran bunyi akan membentuk suatu frekuensi “komparabel” dengan obyek atau orang lain. Getaran obyek atau orang lain. Getaran obyek atau orang tersebut tidak dapat menerima tekanan getran yang serupa. Namun “kegelapan” atau sakit fisik tidak dapat menerima getaran yang sehat atau dengan kata lain tidak dapat menerima cahaya, sehingga ketidakseimbangan tidak akan terselesaikan. Sebagaimana kita ketahui bahwa Caruso, dengan menyanyikan nada tinggi tertentu, menyebabkan gelas bisa pecah. Hal ini menandakan bahwa nada yang dinyanyikan simpatik terhadap getaran gelas tersebut, yang tidak tahan dalam frekuensi bunyi itu.
Karena bab ini bahasan pokoknya adalah musik, maka mari kita Karena mereka mencari cara yang mana perangkat ini dapat dipakai secara efektif. Semua komposer besar telah selaras dengan kekuatan- kekuatan kosmis, dengan alam ghaib, dan dengan Yang Maha Terang. Karena mereka menerima inspirasi dari sumber ini, musik mereka merefleksikan energi dan getaran spiritual tersebut. Dikatakan bahwa musik Scriabin, Debussy, Wagner, dan Bartok terinspirasi oleh alam Tuhan, dan sebagian besar musik ini (juga musik lainnya) dapat membantu membuka sentral spiritual.
Dengan jujur kepada kita sendiri,