Gunung Patuha kawah putih, tawarkan pariwisata edukasi
Kunjungan objek wisata kawah putih bukan hanya menawarkan wisata
pandangan mata saja, tetapi lebih memperhatikan flora sebagai tanaman koleksi
gunung Patuha. Daya tarik objek wisata
kawah putih berada pada kaki gunung Patuha, kawasan hutan lindung
Patuha banyak mengkoleksi berbagai jenis
tanaman, seperti cantigi yang berfungsi sebagai obat-obatan, pohon-pohon rimba
campur yang menyatu kekhasan sebagai simbol hutan alam.
Tak hanya itu, kekayaan fauna yang terdapat di
kawah putih juga menjadi daya tarik wisatawan seperti Surili, sejenis monyet
kecil Hanoman yang sekarang menjadi icon kota
Bandung. Banyak sebagian orang belum
mengetahui legenda kawah putih yang harus disosialisasikan menurut Berthus, general Manager kawah putih. Hikayat wisata
kawah putih juga menyimpan mitos rakyat dalam bentuk binatang “domba lukutan”
atau dalam bahasa sunda “domba lumutan” dari gunung Patuha. Domba ini menurut
mitos rakyat dianggap sebagai domba “jadi-jadian”
warnanya hijau seperti rumput dan konon katanya terkadang suka turun gunung
mencari sisa makanan, banyak sekali cerita domba lukutan yang dianggap misteri
karena domba itu adalah jelmaan dari seorang kakek penggembala. Adapun cerita
lain mengenai makam-makam patilasan leluhur bernama Sunan Rama kasepuhan, eyang
dari Jagasatra yang menunggu gunung patuha. Gunung patuha dikenal sebagai
gunung tua.
Gunung patuha jika dilihat dari segi keilmuan
pada abad ke-17, kawasan ini memang angker. Dalam obrolan masyarakat Rancabali,
banyak manusia dan burung mati pada saat melewati kawah. Banyak peneliti pada zaman penjajahan Belanda
mendaki gunung patuha untuk mencari harta terpendam. Dr. Peter Jung Hun turunan Belanda Jerman yang
pertama kali menemukan kawah putih di Gunung patuha. Awalnya ia mendaki mencari
pohon “kina” yang tentunya sangat berharga bagi jenis rempah-rempah dari tanah
Indonesia. Pada saat mendaki ia mencium bau aneh dan ditemukanlah gua blerang
oleh jung Hun, maka dari itu penyebab matinya burung yang melewati kawah
dikarenakan aroma blerang yang menyengat. Sampai sekarang puing-puing tersebut
masih tercecer di dekat kawah, gua tersebut menurut cerita lorongnya bisa
menembus bekas pabrik blerang di kawasan Cibodas Ciwidey.
Seiring perjalanan waktu, penjajahan beralih
diduki oleh Jepang, pada saat itu kawah
putih dijadikan konservasi hutan Lindung dan kemudian di hak patenkan oleh pemerintahan
Indonesia pada tahun 1991 dan mulai dikenalkan oleh Perum Perhutani wilayah Bandung.
Kawah putih sebetulnya memiliki dua kawah, yaitu kawah yang berwarna putih dan
kawah “saat “(tidak ada air menggenang). Menariknya lagi, kawah saat terdapat
sarang burung Elang Jawa.
Kawah putih terletak di daerah kabupaten Bandung tepatnya lagi di jalan
Patengan Rancabali kecamatan Rancabali Jawa Barat. Disamping cerita legenda kawah putih dan kajian ilmiah, saat
ini kawah putih dalam pengembangannya lebih mengdepankan program edukasi wisata
(Ecological Education)salah satunya pada pengelolaan flora dan fauna. Terlebih
beragam fasilitas kelengkapan pelayanan yang ditawarkan berupa pusat informasi
lengkap yang representatif kemudian ditambah lagi Mushola untuk umum. Dalam pengembangannya
kedepan akan ditambah galeri berupa foto dan satwa dan cinderamata sebagi brand kawah putih. “Kios-kios usaha kemitraan saat ini tidak
diperbolehkan berdagang di zona inti karena dapat merusak kekhasannya, tutur
Berthus. “Lagipula undang-undang dan peraturan pemerintah melarang pedagang
berada di areal kunjungan”tambahnya.
Bagi anda yang ingin mencoba mendaki Gunung patuha kawah putih bisa
menggunakan fasilitas “ontang-anting” mobil pengangkut penumpang dengan tarif
Rp.10.000/ orang. Jika ingin menggunakan mobil pribadi anda bisa merogoh kocek
Rp.150.000/ mobil, bila anda menggunakan sepeda motor Rp 5.000 dan untuk tarif
per orang bisa dikenakan Rp. 12.000 di akhir pekan. “Jika saat peak season ribuan motor akan naik ke
kawah, dengan begitu kita mengantisipasi agar naik ontang-anting saja,”Tukas
berthus. Teks: Ridho Rakhman