“Kisah Usang sampai tetek bengeknya dalam (Coffee Reggae Stone)
Mengenai kisah usang, banyak pemerhati
musik bilang kalau musik itu harus punya aura positif yang sifatnya memberikan
energi baru untuk selalu lebih baik. Tapi di album kisah usang ini kami hanya
membentuk ruang imaji baru yang sudah basi. moment yang tidak bisa dipisahkan
oleh kejadian yang dialami, sekarang jamannya kata “galau” banyak dipakai untuk
program kepentingan segmentasi, semisal pada program radio. Mereka memberikan
aura negatif kepada khalayak (pendengar) dan kata “galau’” tadi menjadi nilai
jual. kisah usang ini memberikan suatu yang lampau, tidak terpakai, bahkan
lirik tersebut masih berada dalam laci-laci yang harus dikeluarkan. Sama halnya
dengan program radio tadi, kami memberikan keutuhan lagu dalam proses
pengkaryaan CRS dengan tema reggae tak mesti pantai, giting, politik, dan eksistensi. kami sesuaikan dengan iklim kami di Cicalengka, dengan kehidupan
yang bersahaja meski memang Reggae adalah bisa dibilang musik sub culture,
counter kultur atau apalah namanya. Memang benar apa yang dikatakan mas Rudi
dari tabloid Reggae Indonesia bahwa ada sebuah tagline yang berbunyi “me-
Reggaekan masyarakat Indonesia” kalau tidak salah, jadi menurut kami, pernyataaan tersebut belum bisa kami jadikan
pedoman. Bentuk-bentuk idealisme dalam budaya musik orang lain yaitu ‘Reggae”
tidak bisa diaplikasikan di negara kita Indonesia. Kami hanya sebagai penikmat
dalam perjuangan hidup kami, bukan sebagai bentuk revolusi dalam kemaslahatan
berpolitik ,rasisme dan sebagainya. tapi
toh ada juga kawan-kawan sejenis lain yang menyukai musik reggae dan berkecimpung
dalam dunia politik, realisme sosial, bintang merah dan sebagainya itu sah-sah
saja. Kami sebagai komunal dalam peradaban kecil, kawan-kawan komunitas
berusaha untuk menghibur diri, mengapresiasikannya melalui berkarya lewat
musik. Embel-embel mengenai hal-hal yang memabukan justru bagi kami adalah hal
yang wajar, karena memang dosa manusia itu mencari kebahagiaan yang secuil
(Stimulate your mind), tergantung dari individu masing-masing yang
mempresepsikannya. “tapi awas kami hanya punya suatu pernyatan yang kami
pegang, bahwa sesuatu yang berlebihan itu tidak baik. terimakasih
Tidak ada komentar:
Posting Komentar